Pidato Pembina Upacara Bendera Hari Proklamasi 17 Agustus 2013 di SMK Strada

Rabu, 07 Agustus 2013


Pidato Pembina Upacara Bendera
Hari Proklamasi 17 Agustus 2013
di SMK Strada


Yang terhormat Bapak Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Para Ketua Jurusan, Instruktur, Ibu-Bapak Guru dan Karyawan,

Yang tercinta Siswa-siswi SMK Strada,

S E L A M A T    P A G I

Semoga Tuhan beserta kita... Amin.

Puji syukur kepada Tuhan karena hari ini kami mendapat berkat, walaupun hari libur namun kami dikaruniai niat, tekad dan semangat, hadir disini untuk memperingati Ulang Tahun ke-68 Kemerdekaan NKRI.

M E R D E K A !

Para pejuang kemerdekaan, dengan keringat dan darah telah berhasil membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasar Pancasila, dibawah kibaran Sang Saka Merah Putih dan Lambang Negara Garuda Bhineka Tunggal Ika.

Para pejuang, pahlawan terbaik telah berkorban darah, jiwa dan raga, bahkan harta, sehingga terbangunnya Republik ini, Negara yang kita cintai, kita tempati, "disanalah kita berdiri jadi pandu ibuku", Ibu Pertiwi yang kita warisi ini.

Maka wajib bagi kita untuk mensyukuri Negara ini, Negara yang secara hukum menjunjung semua suku, semua golongan, semua agama.

(Bandingkan negara2 lain yang sampai hari ini masih kacau justru masalah suku dan agama. Kebanyakan Negara Timur yang masih ribut soal suku dan agama. Sedangkan Negara barat tampaknya sudah kapok bertengkar tentang suku dan agama, sebab kenyataannya hasilnya tidak memguntungkan, menyengsarakan! Mungkin yang terakhir Inggris yang Kristen melawan Irlandia yang Katolik, yang akhir ini sudah rekonsiliasi damai. Mungkin mereka sadar daripada perang lebih baik betanding bola saja.)

Justru Negara Timur yang sekarang marak bertengkar hal suku dan agama misal di Afrika suku Ruwanda dengan suku lainnya bentrok, juga di Turki, Afgannistan, Myanmar bahkan juga yang terbaru Mesir. Bentrok dan brontak terjadi.

Dari Koran dan TV kita semua saksikan banyak warga yang lari dari negara yang berperang itu.

Nekat mereka meninggalkan negerinya, mencari suaka ke negara lain, ke Australia menempuh Lautan Samudra Hindia yang ganas, banyak yang hilang dan sebagian terdampar di Pantai Selatan Jawa.

Itu semua mengisyaratkan bagi kita: JANGAN BERTENGKAR SESAMA BANGSA!

Di Indonesia, kita semua harus waspada. Ada pihak yang tidak suka melihat persatuan di Indonesia. Memang ada pihak2 yang ingin membuat kekacauan disini dengan alasan agama.

Namun kita bersyukur bahwa para pembangun bangsa ini telah dikaruniai Tuhan dengan perisai Pancasila. Dengan Pancasila, bangsa Indonesia bertahan dalam persatuan.

(Hormat kami setingginya kepada Haji Soekarnao, Haji Mohamad Hatta, Haji Mohamad Yamin, dan Romo Mgr. Sugiya Pranata dan yang lain angkatan 45.)

Pancasila itu dikagumi oleh negara-negara lain di luar negeri. Pancasila juga kita dukung, seperti sikap para "guru bangsa" kita seperti: Haji Nurcholis Masjid, Haji Abdulrahman Wahid (Gus Dur), Romo Mangun Wijaya, dan yang popular dikalangan anak muda, Almarhum Kris Biantoro sang artis yang Nasionalis.

Secara sekilas kita telah meninjau tokoh-tokoh nasional yang lama sampai yang baru.

Bagaimana yang akan datang ? Siapa tokoh nasional mendatang?

Jawabnya: Tokoh Nasional mendatang adalah KITA. Kamu dan kami-lah yang meneruskan perjuangan bangsa yang Pancasilais ini.

Marilah kita mensyukuri warisan yang kita terima.

Apa warisan itu?

NEGARA - tentu saja.

Dalam lingkup kita, sekolah kita ini adalah warisan yang kita terima. Sekolah yang membentuk Pemuda-pemudi memiliki sikap teknik berupa keterampilan teknik, pengetahuan teknik, tanggung jawab, dan disiplin terknik.

44 tahun STM Strada berdiri, kalau tiap tahun rata-rata menghasilkan 100 lulusan, berarti kita telah meluluskan 4400 alumni.

Para alumni itu sebagian besar telah bekerja, bahkan ada beberapa yang menjadi pimpinan perusahaan dan diantaranya ada yang bekerja disini sebagai guru dan karyawan.

Para alumni, para guru dan karyawan sangat ingin agar adik-adik kelasnya berhasil dalam studi sampai-sampai mereka mengumpulkan dana amal yang dinamakan KOTAK SAKTI untuk membantu sekolah.

Hal ini perlu mengingat sekolah negeri sudah gratis uang sekolahnya. Kita, tidak bisa. Tetapi sekolah harus tetap berdiri.

Beberapa peralatan bengkel telah disumbang oleh para alumni, hendaknya sifat ini menular kepada generasi berikutnya sehinggga kamu, para siswa, nanti sebagai alumni ikut menyumbang, mendukung berdirinya sekolah, ikut menghasilkan insan-insan teknik.

Bagi siapa saja yang mulai sekarang ingin menyumbang, di ruang dekat kasir disediakan kotak besi yang dapat diisi. Silahkan, uang-uang receh sisa jajan, atau yang Anda niatkan dengan puasa, silahkan masukkan.

Sebuah sindiran ala Jawa timur, ada seorang yang mengatakan: "Pak, saya sendiri mlarat mosok nyumbang?"

Dijawab: "Nunggu kamu kaya, kapan kamu amal. Keburu modar, nggak sempat amal, Cuma menyesal."

Sifat sosial itu harus dikembangkan, orang harus bersifat SUKA MEMBERI, itu tanda bahwa ia mengasihi.

Suatu saat disini dibuat "toko jujur", toko dimana kotak uang terbuka beli bayar sendiri kembalian ambil sendiri. Orang dan para pengusaha melihat hal itu akan menilai: "Walau SMK Strada sederhana, tetapi hebat, orang-orangnya jujur dan tahu diri."

Kemarin 16 Agustus kami semua terlihat bangga menyaksikan STM Strada menunjukkan keberhasilan. Yaitu Anda semua. Dengan penuh semangat Anda semua bekerja bakti untuk kebersihan.

Pertahankan itu! Jaga kerapihan dan kebersihan kelas. Jaga kerapihan dan kelengkapan catatan pelajaranmu.

Bersama para guru, karyawan, dan siswa mari kita bangun disiplin yang mengutamakan sifat SPORTIF.

Apa yang kita tegakkan?

Sifat... SPORTIF!

  1. Berusaha memperbaiki diri dengan jujur. Berani mencoba, berani bertanya. Bagi yang suka terlambat, bolos, ngobrol di kelas, tidur di kelas, malas membuat tugas/PR: PERBAIKI !
  2. Menghargai kelebihan orang lain tanpa iri.
  3. Membantu orang lain agar berhasil dan kita menjadi panutan kebaikan. Kelas 2 harus siap membantu pelajaran adik kelasnya. Itu akan membantu diri Anda sendiri juga
  4. Rajin berlatih keterampilan dan ilmu terkini.


Kiranya cukup sekian,

M E R D E K A !

Jakarta, 17 Agustus 2013
Paulus Soedaryono